Negara Serumpun

Kasak Kusuk
SERUMPUN YANG PENUH KONFLIK


Guys, mendengar kata SERUMPUN, apa sih yang ada dipikiran kita? Serumpun adalah sebutan untuk segala sesuatu yang sama, sedarah, satu asal asul dan sebagainya. Karena memiliki banyak kesamaan, biasanya hubungan erat kerap kali terjalin satu sama lain baik itu dari segi manusianya maupun dari segi apapun. Nah, kalau kita mendengar pernyataan “Indonesia Satu Rumpun dengan Malaysia” bener dan setuju gak sih? Kita bahas yuk!

Malaysia dan Indonesia memiliki banyak kesamaan, khususnya suku Melayu (yang berada di Sumatera dan sebagian Kalimantan) itu sedarah, berasal dari turunan yang sama. Warna kulit sama, muka sama, bahasa, agama dan budaya pun sama. Bahkan suku Melayu di Sumatera, Kalimantan dan Malaysia justru lebih mirip bentuk tubuh/wajah, agama, bahasa dan budayanya ketimbang suku Melayu dengan suku Ambon dan Papua. Coba bandingkan, apa bedanya wajah Siti Nurhaliza orang Malaysia itu dengan gadis dari suku Melayu di Indonesia atau dengan suku Sunda, Jawa, dan sebagainya? Nyaris tak ada bedanya. Dari segi bahasa pun hampir-hampir mirip kok, yakni bahasa melayu. Hanya saja bahasa negara Indonesia memang sudah disempurnakan, tetapi tetap saja kita masih bisa memahami bahasa melayu Malaysia. Kemudian dari segi letak geografis, jelas negara Indonesia dan Malaysia “bertetangga” sangat dekat, bahkan sebagian wilayah Malaysia yakni Serawak dan Sabah malah “bertetangga darat” langsung dengan Kalimantan Provinsi Indonesia. Sebenarnya masih banyak lho kesamaan Indonesia dengan Malaysia. Wah, jelas teman-teman bahkan persamaan-persamaan inilah yang mendukung hubungan baik Bilateral kedua negara. Tetapi apabila kita review, hubungan Indonesia dengan Malaysia malah penuh dengan konflik. Apa saja sih?

1. Pada Tahun 1962-1966, hubungan tidak baik terjadi, yakni Konfrontasi Indonesia-Malaysia yang melahirkan sebuah pidato oleh Presiden Soekarno, yakni “Ganyang Malaysia”. Dan masalah ini sudah diselesaikan pada 11 Agustus 1966 dengan melahirkan suatu perjanjian perdamaian.
2. Perdebatan tentang batas wilayah Indonesia dengan Malaysia yang sampai sekarang pun masih belum selesai sehingga menimbulkan konflik. Menurut sumber ada 10 permasalahan batas darat Indonesia dengan Malaysia seperti kasus Ambalat, perbatasan Gunung Raya, Pulau Sebatik, perbatasan Sungai Sinapad dan sebagainya yang belum disepakati atau terjadi “miss” pengukuran batas wilayah.
3. Konflik memanas lagi pada Oktober 2007 ketika lagu rakyat Indonesia dari Maluku, yaitu “Rasa Sayange” dijiplak negeri Malaysia sebagai lagu promosi Tourism Malaysia, hanya diganti kata-katanya saja.
4. Malaysia dan Indonesia kembali berdebat mengenai budaya negara masing-masing yang saling klaim-mengklaim. Batik, Keris, Angklung, Reog adalah salah satu seni budaya yang “terlibat” dalam masalah klaim-mengklaim antara Indonesia-Malaysia. Malaysia mengklaim bahwa seni-seni budaya diatas adalah milik mereka, sedangkan Indonesia bersikukuh bahwa itu semua milik Indonesia.
5. Kembali tentang promosi wisata Tourism Malaysia yang pengambilan gambar videonya meliputi salah satu tarian khas asal Indonesia, yakni tari Pendet. Tetapi protes ini langsung ditanggapi Pemerintah Malaysia dengan mengganti video Tourism Malaysia dengan yang baru.
6. Pemerintah Malaysia pernah memberi perintah agar radio-radio Malaysia mengurangi pemutaran musik-musik dari musisi Indonesia. Hal ini pun ditanggapi langsung oleh para musisi Indonesia. Tetapi kabar ini cepat menghilang.
7. Belum lama ini, Final AFF 2010 yang mempertemukan Indonesia vs Malaysia juga mengundang konflik. Pada Final Leg 1 di Stadion Bukit Jalil Malaysia, para suporter Malaysia menggunakan laser-laser untuk merusak konsentrasi pemain Indonesia yang diakhiri dengan pelemparan petasan ke dalam lapangan. Indonesia pun kalah 0-3 dari Malaysia. Hal ini memicu emosi dari rakyat Indonesia dan FIFA. Situs jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter pun menjadi saksi amarah rakyat Indonesia ketika itu.
WOW!!! Banyak juga ya, guys masalah negara kita Indonesia dengan negara “saudara” Malaysia. Bahkan muncul sebutan Malaysia sebagai “Maling-sia” oleh Rakyat Indonesia dan sebutan Indonesia sebagai “Indon” oleh Rakyat Malaysia yang artinya pemalas, bodoh dan mudah ditipu.
Guys, sikap bijak dari kita memang sangat dibutuhkan dalam memandang konflik antara Indonesia dengan Malaysia. Mari kita menilik pada diri kita sendiri. Dunia mengetahui bahwa Indonesia dengan Malaysia adalah saudara serumpun. Pertanyaannya: Malu gak sih, kalau dunia tahu kita sebagai rakyat Indonesia beradu mulut dengan Rakyat Malaysia yang notabene adalah saudara serumpun?” Kita sebagai rakyat Indonesia memang memiliki aspek nasionalisme yang membuat amarah kita meluap apabila ada negara lain yang mengganggu negara kita, seperti Malaysia. Dan memang dibutuhkan partisipasi kita untuk mempertahankan apa yang seharusnya menjadi milik kita, bangsa Indonesia. Partisipasi itu hendaknya tidak asal “cablak” sebagai bentuk amarah kita, seperti mencacimaki negara lain khususnya Malaysia di ruang publik bahkan dunia maya, asal sebut Ganyang Malaysia dan sebagainya. Cukup masalah ini diselesaikan oleh Pemerintahan kedua negara secara dewasa yang sudah mewakili aspirasi kita dalam menuju persatuan. Kita harus menyadari bahwa Indonesia dan Malaysia adalah satu rumpun dengan berbagai persamaan. Persatuan indah bukan layaknya seorang kakak yang mengayomi adik dan adik yang menyayangi kakaknya. So, Calm Down guys!! There is no war between Indonesia and Malaysia, but there is a UNITY!!!

0 komentar:

Posting Komentar